Halaman

Selasa, 28 Desember 2010

Tiga pendekatan memahami Teknologi Komunikasi

Anthony G. Wilhelm (2000) dalam bukunya yang berjudul “Democracy in the Digital Age: Challenges to Political Life in Cyber Space” menyebutkan ada tiga pendekatan atau aliran pemikiran dalam merespon atau memahami perkembangan teknologi komunikasi, diantaranya DYSTOPIAN, NEO-FUTURIS, TEKNO-REALIS. (Neogroho, 2010)
1. Dystopian
Aliran ini sangat berhati-hati dan bersikap kritis terhadap penerapan teknologi, sebab dampak yang ditimbulkan adalah pengacauan kehidupan sosial dan politik. Upaya-upaya yang dilakukan faham ini adalah dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang menyusut dalam masyarakat kontemporer. Sebagai contoh interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada menggunakan media.
Tokoh-tokoh yang mendukung pendekatan ini diantara Edmund Husserl, Martin Heidegger, David Thoreau, Hannah Arendt, Benjamin Barber. Menurut Thoreau teknologi hanya bersifat menolong, namun Arendt menyesali hilangnya hubungan antar-manusia karena keberadaan teknologi.
2. Neo-futuris
Aliran ini merupakan refleksi dari ‘warisan’ tak terkendali dari gelombang pertama Futurisme. Suatu keyakinan yang tidak kritis sedang berlangsung, yaitu penerimaan terhadap hal-hal baru. Teknologi High Speed dianggap kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang dilewatinya, dan meletakkan dasar kerja untuk masa depan yang penuh harapan. Tokoh-tokoh pendukungnya antara lain John Naisbitt, Alvin Toffler, Jim Rubben, Richard Groper dan Nicholas Negroponte.
Bagi Toffler untuk menghindari gonjangan masa depan (ketidakmampuan manusia mengadaptasi kemajuan masa depan), maka manusia seharusnya terus menerus memperbaiki dan berpikir ulang mengenai tujuan sosialnya.
3. Tekno-realis
Sebagai penengah antara aliran Dytopian dengan Neo-futuris dalam penerapan teknologi komunikasi dan dampak-dampaknya dalam masyarakat. Aspek kritis dimasukan dalam praktek komunikasi dan perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga ditekankan.
Pernyataan tekno-realis adalah “teknologi tidak netral” dan “internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia”. Faham ini mengakui teknologi digital mempunyai mempunyai manfaat-manfaat praktis yang dapat digunakan namun tanpa harus melawan nilai-nilai kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your comments and suggestions we mature