Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi. Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi para pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi. Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan sosial, terlalu hati-hati. Kelompok ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas. Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman. (http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi/)
Sebongkah Team yang didalamnya terdapat anag" PM yang berarti.... anag" yang begitulah adanya.. nb : PM mean Bungul
Halaman
▼
Selasa, 28 Desember 2010
Proses Implementasi Teknologi Komunikasi
Merujuk pendapat Rogers, tentang proses adopsi inovasi maka prose implementasi tek. Kom bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Tahap pertama; Inisiasi, yaitu usaha mengumpulkan informasi tentang teknologi komunikasi, memahaminya dengan seksama dan merencanakan untuk mengadopsi. Tahap ini memiliki dua tingkat;
• Agenda setting; munculnya ide untuk mengadopsi teknologi komunikasi
• Matching; kecocokan tek kom dengan kebutuhan & kemampuan mengadopsi.
2. Tahap kedua; Implementasi yaitu seluruh kegiatan & aktifitas yang dilakukan untuk menggunakan teknologi komunikasi yang dirindukan. tahap ini memiliki 3 tingkat:
• Redefining, yaitu mengatur, menyusun & memodifikasi struktur lembaga/mentalitas & kebiasaan individu untuk keperluan teknologi komunikasi.
• Clarifying, yaitu Meyakinkan pada anggota atau individu tentang seluk beluk teknologi komunikasi yang dimaksud
• Routinizing, yaitu teknologi komunikasi sudah diketahui secara jelas dan menjadi bagian dari infrastruktur organisasi, atau pelengkap kehidupan sehari-hari
Dengan demikian, proses adopsi inovasi hingga implementasi teknologi komunikasi dapat disimpulkan melalui lima proses yaitu:
1. Agenda setting
2. Matching
3. Redefining
4. Clarifying
5. Routinizing
Implementasi tek kom memaksa individu melakukan adaptasi agar melewati prosesnya dengan baik. Adaptasi tersebut adalah penyesuaian nilai-nilai yang dibawa teknologi komunikasi dengan kondisi sosio-kultural dimana individu tersebut tinggal.
1. Tahap pertama; Inisiasi, yaitu usaha mengumpulkan informasi tentang teknologi komunikasi, memahaminya dengan seksama dan merencanakan untuk mengadopsi. Tahap ini memiliki dua tingkat;
• Agenda setting; munculnya ide untuk mengadopsi teknologi komunikasi
• Matching; kecocokan tek kom dengan kebutuhan & kemampuan mengadopsi.
2. Tahap kedua; Implementasi yaitu seluruh kegiatan & aktifitas yang dilakukan untuk menggunakan teknologi komunikasi yang dirindukan. tahap ini memiliki 3 tingkat:
• Redefining, yaitu mengatur, menyusun & memodifikasi struktur lembaga/mentalitas & kebiasaan individu untuk keperluan teknologi komunikasi.
• Clarifying, yaitu Meyakinkan pada anggota atau individu tentang seluk beluk teknologi komunikasi yang dimaksud
• Routinizing, yaitu teknologi komunikasi sudah diketahui secara jelas dan menjadi bagian dari infrastruktur organisasi, atau pelengkap kehidupan sehari-hari
Dengan demikian, proses adopsi inovasi hingga implementasi teknologi komunikasi dapat disimpulkan melalui lima proses yaitu:
1. Agenda setting
2. Matching
3. Redefining
4. Clarifying
5. Routinizing
Implementasi tek kom memaksa individu melakukan adaptasi agar melewati prosesnya dengan baik. Adaptasi tersebut adalah penyesuaian nilai-nilai yang dibawa teknologi komunikasi dengan kondisi sosio-kultural dimana individu tersebut tinggal.
Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasi model kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).
Selama 45 tahun dan melalui 3,500 publikasi penelitian, model dari inovasi difusi telah menuntun penelitian dari penyebaran ide baru. Penelitian difusi dilakukan oleh peneliti dari berbagai bidang seperti antropologi, komunikasi, pendidikan, geografi, pemasaran, sosiologi pedesaan, sosiologi, dan beberapa lagi yang lainnya.
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Karakter dari suatu inovasi, yang dirasa oleh anggota sistem sosial, menentukan tingkat adopsinya. Lima sifat dari inovasi tersebut adalah: (1) relatifitas keuntungan, (2) kesesuaian,(3) kerumitan, (4) reliabilitas, dan (5) kebisaan diamati.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Implementasi sendiri secara harfiah berarti penerapan. Dalam prakteknya penerapan teknologi komunikasi harus didahului oleh penguasaan ketrampilan mengoperasikan teknologi komunikasi tersebut. Karena tanpa penguasaan ketrampilan teknis, teknologi komunikasi tidak mungkin diterapkan oleh seseorang. Hal ini mengisayaratkan tekk kom sebuah inovasi.
Lazimnya sebuah inovasi tidak begitu saja diadopsi/diterima oleh masyarakat. Skeptisisme merupakan penghalang proses adopsi inovasi bagi masyarakat
Teknologi komunikasi merupakan sistem teknologis dan untuk memakainya manusia perlu mengaturnya sesuai dengan nilai-nilai yang diisyaratkan olek teknologi komunikasi itu sendiri. Nilai-nilai itu bisa berbenturan dengan nilai-nilai yang telah lama dikenal atau dianut dalam kelompok masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan penerapan teknologi komunikasi sering melahirkan masalah dalam kehidupan sosial masyarakat.
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasi model kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).
Selama 45 tahun dan melalui 3,500 publikasi penelitian, model dari inovasi difusi telah menuntun penelitian dari penyebaran ide baru. Penelitian difusi dilakukan oleh peneliti dari berbagai bidang seperti antropologi, komunikasi, pendidikan, geografi, pemasaran, sosiologi pedesaan, sosiologi, dan beberapa lagi yang lainnya.
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
Karakter dari suatu inovasi, yang dirasa oleh anggota sistem sosial, menentukan tingkat adopsinya. Lima sifat dari inovasi tersebut adalah: (1) relatifitas keuntungan, (2) kesesuaian,(3) kerumitan, (4) reliabilitas, dan (5) kebisaan diamati.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Implementasi sendiri secara harfiah berarti penerapan. Dalam prakteknya penerapan teknologi komunikasi harus didahului oleh penguasaan ketrampilan mengoperasikan teknologi komunikasi tersebut. Karena tanpa penguasaan ketrampilan teknis, teknologi komunikasi tidak mungkin diterapkan oleh seseorang. Hal ini mengisayaratkan tekk kom sebuah inovasi.
Lazimnya sebuah inovasi tidak begitu saja diadopsi/diterima oleh masyarakat. Skeptisisme merupakan penghalang proses adopsi inovasi bagi masyarakat
Teknologi komunikasi merupakan sistem teknologis dan untuk memakainya manusia perlu mengaturnya sesuai dengan nilai-nilai yang diisyaratkan olek teknologi komunikasi itu sendiri. Nilai-nilai itu bisa berbenturan dengan nilai-nilai yang telah lama dikenal atau dianut dalam kelompok masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan penerapan teknologi komunikasi sering melahirkan masalah dalam kehidupan sosial masyarakat.
Interaktif Teknologi Komunikasi Mutakhir
INTERAKTIF TEKNOLOGI KOMUNIKASI MUTAKHIR
Ciri Komunikasi Interaktif
Orang yang terlibat bisa berinteraksi dengan leluasa
Umpan balik segera dapat diketahui
Penyampaian pesan disampaikan baik secara verbal maupun visual
Menggunakan media interaktif.
• Media interaktif adalah media yang diapakai untuk saling tukar informasi, baik untuk keperluan hiburan, pendidikan, bisnis yang menggunakan komputer, terminal vidiotek, telepon atau layar televisi (weiner,1996)
• Ciri utama media interaktif adalah memberi peluang untuk saling tukar informasi.
• Ciri ini menyebabkan media interaktif berbeda dengan media massa.
• Karena media massa adalah saluran komunikasi dengan menggunakan, radio, surat kabar, televisi dan film yang dapat menjangkau khalayak banyak dengan informasi berasal dari institusi.
Teknologi Komunikasi Mutakhir
Yang dimaksud dengan teknologi ini adalah teknologi komunikasi yang berada pada gelombang kelima, yang dimulai awal 1990-an.
Pemicu kelahirannya ; mikroelektron8ik
pembentuknya :Komputer
Infrastrukturnya: informasi superhighway
Integrated Services Television (ISTV)
Adalah sebuah televisi multimedia dengan server yang terbangun sendiri dirumah pemiliknya.
Terminal informasi dan hiburan di rumah, yang bisa menerima semua siaran televisi, berita utama surat kabar dan terhubungke internet.
Keunggulan ISTV
Pemirsa dapat mengetahui informasi terakhir yang diperbarui secara otomatis
Mampu menggabungkan beberapa informasi yang bersal dari berbagai media
Menjadikan televisi sebagai media yang lebih pintar
Apapun bentuk dan namanya, tek. Kom bisa digolongkan:
Alat Penyimpan Informasi
Alat pengirim Pesan
Alat pemroses dan pengolah informasi
Alat penyalur informasi
Alat penyiar informasi
Ciri Komunikasi Interaktif
Orang yang terlibat bisa berinteraksi dengan leluasa
Umpan balik segera dapat diketahui
Penyampaian pesan disampaikan baik secara verbal maupun visual
Menggunakan media interaktif.
• Media interaktif adalah media yang diapakai untuk saling tukar informasi, baik untuk keperluan hiburan, pendidikan, bisnis yang menggunakan komputer, terminal vidiotek, telepon atau layar televisi (weiner,1996)
• Ciri utama media interaktif adalah memberi peluang untuk saling tukar informasi.
• Ciri ini menyebabkan media interaktif berbeda dengan media massa.
• Karena media massa adalah saluran komunikasi dengan menggunakan, radio, surat kabar, televisi dan film yang dapat menjangkau khalayak banyak dengan informasi berasal dari institusi.
Teknologi Komunikasi Mutakhir
Yang dimaksud dengan teknologi ini adalah teknologi komunikasi yang berada pada gelombang kelima, yang dimulai awal 1990-an.
Pemicu kelahirannya ; mikroelektron8ik
pembentuknya :Komputer
Infrastrukturnya: informasi superhighway
Integrated Services Television (ISTV)
Adalah sebuah televisi multimedia dengan server yang terbangun sendiri dirumah pemiliknya.
Terminal informasi dan hiburan di rumah, yang bisa menerima semua siaran televisi, berita utama surat kabar dan terhubungke internet.
Keunggulan ISTV
Pemirsa dapat mengetahui informasi terakhir yang diperbarui secara otomatis
Mampu menggabungkan beberapa informasi yang bersal dari berbagai media
Menjadikan televisi sebagai media yang lebih pintar
Apapun bentuk dan namanya, tek. Kom bisa digolongkan:
Alat Penyimpan Informasi
Alat pengirim Pesan
Alat pemroses dan pengolah informasi
Alat penyalur informasi
Alat penyiar informasi
Tiga pendekatan memahami Teknologi Komunikasi
Anthony G. Wilhelm (2000) dalam bukunya yang berjudul “Democracy in the Digital Age: Challenges to Political Life in Cyber Space” menyebutkan ada tiga pendekatan atau aliran pemikiran dalam merespon atau memahami perkembangan teknologi komunikasi, diantaranya DYSTOPIAN, NEO-FUTURIS, TEKNO-REALIS. (Neogroho, 2010)
1. Dystopian
Aliran ini sangat berhati-hati dan bersikap kritis terhadap penerapan teknologi, sebab dampak yang ditimbulkan adalah pengacauan kehidupan sosial dan politik. Upaya-upaya yang dilakukan faham ini adalah dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang menyusut dalam masyarakat kontemporer. Sebagai contoh interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada menggunakan media.
Tokoh-tokoh yang mendukung pendekatan ini diantara Edmund Husserl, Martin Heidegger, David Thoreau, Hannah Arendt, Benjamin Barber. Menurut Thoreau teknologi hanya bersifat menolong, namun Arendt menyesali hilangnya hubungan antar-manusia karena keberadaan teknologi.
2. Neo-futuris
Aliran ini merupakan refleksi dari ‘warisan’ tak terkendali dari gelombang pertama Futurisme. Suatu keyakinan yang tidak kritis sedang berlangsung, yaitu penerimaan terhadap hal-hal baru. Teknologi High Speed dianggap kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang dilewatinya, dan meletakkan dasar kerja untuk masa depan yang penuh harapan. Tokoh-tokoh pendukungnya antara lain John Naisbitt, Alvin Toffler, Jim Rubben, Richard Groper dan Nicholas Negroponte.
Bagi Toffler untuk menghindari gonjangan masa depan (ketidakmampuan manusia mengadaptasi kemajuan masa depan), maka manusia seharusnya terus menerus memperbaiki dan berpikir ulang mengenai tujuan sosialnya.
3. Tekno-realis
Sebagai penengah antara aliran Dytopian dengan Neo-futuris dalam penerapan teknologi komunikasi dan dampak-dampaknya dalam masyarakat. Aspek kritis dimasukan dalam praktek komunikasi dan perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga ditekankan.
Pernyataan tekno-realis adalah “teknologi tidak netral” dan “internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia”. Faham ini mengakui teknologi digital mempunyai mempunyai manfaat-manfaat praktis yang dapat digunakan namun tanpa harus melawan nilai-nilai kemanusiaan.
1. Dystopian
Aliran ini sangat berhati-hati dan bersikap kritis terhadap penerapan teknologi, sebab dampak yang ditimbulkan adalah pengacauan kehidupan sosial dan politik. Upaya-upaya yang dilakukan faham ini adalah dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang menyusut dalam masyarakat kontemporer. Sebagai contoh interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada menggunakan media.
Tokoh-tokoh yang mendukung pendekatan ini diantara Edmund Husserl, Martin Heidegger, David Thoreau, Hannah Arendt, Benjamin Barber. Menurut Thoreau teknologi hanya bersifat menolong, namun Arendt menyesali hilangnya hubungan antar-manusia karena keberadaan teknologi.
2. Neo-futuris
Aliran ini merupakan refleksi dari ‘warisan’ tak terkendali dari gelombang pertama Futurisme. Suatu keyakinan yang tidak kritis sedang berlangsung, yaitu penerimaan terhadap hal-hal baru. Teknologi High Speed dianggap kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang dilewatinya, dan meletakkan dasar kerja untuk masa depan yang penuh harapan. Tokoh-tokoh pendukungnya antara lain John Naisbitt, Alvin Toffler, Jim Rubben, Richard Groper dan Nicholas Negroponte.
Bagi Toffler untuk menghindari gonjangan masa depan (ketidakmampuan manusia mengadaptasi kemajuan masa depan), maka manusia seharusnya terus menerus memperbaiki dan berpikir ulang mengenai tujuan sosialnya.
3. Tekno-realis
Sebagai penengah antara aliran Dytopian dengan Neo-futuris dalam penerapan teknologi komunikasi dan dampak-dampaknya dalam masyarakat. Aspek kritis dimasukan dalam praktek komunikasi dan perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga ditekankan.
Pernyataan tekno-realis adalah “teknologi tidak netral” dan “internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia”. Faham ini mengakui teknologi digital mempunyai mempunyai manfaat-manfaat praktis yang dapat digunakan namun tanpa harus melawan nilai-nilai kemanusiaan.
Pengertian awal Perkembangan Teknologi Komunikasi
Halaman 1
· Teknologi Komunikasi adalah sebuah alat perangkat keras dalam sebuah struktur orang yang mengandung nilai 2 sosial yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar info dengan individu-individu lain. (M. Rogers)
· 4 karakteristik Teknologi Komunikasi
1. Teknologi komunikasi adalah alat
2. Teknologi komunikasi dilahirkan oleh sebuah struktur ekonomi social dan politik
3. Teknologi komunikasi membawa nilai-nilai dari struktur melahirkannya
4. Teknologi komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan indera manusia
· Perbedaan Teknologi Komunikasi dengan Teknologi Informasi
1. Teknologi Komunikasi adalah alat untuk menambah kemampuan indera manusia
Teknologi Informasi adalah pengerjaan data oleh computer dan telekomunikasi
2. Teknologi Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas
Teknologi Informasi adalah bagian dari teknologi komunikasi
3. Teknologi Komunikasi mencakup sistem, hardware, software, saluran
Teknologi Informasi hanya mencakup/ sebatas pada hardware
· 4 era menurut Mc Lohan
1. Tribal Age : Era purba (bahasa)
2. Literate Age : Era Tulis
3. Print Age : Era Cetak
4. Electronic Age : Era Elektronik (Radio, TV, computer, internet)
· Masyarakat informasi adalah masyarakat yang menjadikan informasi sebagai komunitas yang sangat berharga ekonomis. Masyarakat informasi berhubungan dengan masyarakat lain dalam sistem komunikasi global.
· Masyarakat informasi juga disebut masyarakat yang mengakses informasi superhighway
Senin, 27 Desember 2010
Ditemukan Arus Air Tawar di Laut Kalimantan Karena besarnya massa air tawar di laut tersebut, tim LIPI menduga ada spesies yang unik.
Senin, 27 Desember 2010, 11:09 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Dedy Priatmojo Ilustrasi laut (corbis.com)
Lembaga itu memaparkan hasil ekspedisi tim mereka dalam acara yang digagas bersama Direktorat Penelitian dan Pengabdian Dikti Kementerian Pendidikan Nasional dan LIPI, 27-28 Desember 2010 di Jakarta.
Ekspedisi di Laut Natuna sendiri dilaksanakan pada tanggal 4-16 November lalu kemudian dilanjutkan ke Laut Kalimantan Selatan pada 19 Nopember-1Desember 2010.
"Kami berangkat dengan KR Baruna VIII pada 4 Nopember 2010 lalu dari Pelabuhan Perikanan Muara Baru, Dermaga Barat Jakarta Utara," kata Suharsono Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Senin 27 Desember 2010.
Ia mengatakan masih banyak potensi dan kekayaan alam laut Indonesia yang belum tergarap. "Terutama di wilayah-wilayah Indonesia yang luas, apalagi wilayah terpencil dan wilayah perairan yang berbatasan dengan negar tetangga," ungkapnya.
Salah satunya, tim menemukan arus air tawar di bawah laut yang bisa mendeteksi datangnya El Nino dan La Nina di Indonesia. Arus ini, kata dia, ada di Laut Kalimantan Selatan.
Karena besarnya massa air tawar di perairan tersebut, tim memperkirakan adanya spesies unik di sana. Perairan Natuna dikenal memiliki pesona alam yang indah dan potensi sumber daya laut yang tinggi.
• VIVAnews
Besar UFO Inggris Itu 20 Kali Lapangan Bola Pesawat raksasa misterius yang besarnya '20 kali lapangan bola' terlihat pada tahun 1995.
um'at, 6 Agustus 2010, 12:00 WIB Elin Yunita Kristanti
VIVAnews - Badan Arsip Inggris kembali membuka ribuan file tentang penampakan benda misterius di langit alias unidentified flying object (UFO), Kamis 5 Agustus 2010.
Salah satunya adalah penampakan pesawat raksasa misterius yang besarnya '20 kali lapangan bola' di atas Bandara Manchester, Inggris, Januari 1995.
Penampakan itu dilaporkan para saksi mata ke pihak militer setempat. Yang luar biasa, di hari yang sama, pilot British Airways melaporkan pesawatnya 'hampir meleset' saat ia mencoba mendaratkan Boeing 737 di landasan. Ini jadi bahan investigasi Departemen Pertahanan.
Laporan lain menyebutkan, penampakan benda mirip cerutu di atas Lancashire pada Februiari 1977, serta pada Oktober 1980, dua petugas polisi yang melakukan patroli di RAF Woodbridge, Suffolk, melihat obyek aneh yang bersinar dari dalam hutan.
"Deskripsi obyek tersebut, berwarna metalik, dan berbentuk segitiga. Benda ini memancarkan cahaya putih ke hutan di sekitarnya," demikian bunyi laporan tersebut, seperti dimuat laman The Sun.
Salah satu laporan yang paling menarik perhatian adalah keputusan Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill yang sengaja merahasiakan insiden 'pertemuan' antara UFO dengan pesawat pembom milik RAF di atas perairan Inggris.
Dalam dokumen rahasia yang diungkap hari ini, Churchill beralasan, dia tak mau rakyat panik dan kehilangan keyakinan agamanya.
Churchill mengeluarkan keputusan itu di sela-sela rapat rahasia dengan komandan pasukan sekutu, Jenderal Dwight Eisenhower di sebuah tempat yang dirahasiakan di Amerika Serikat.
***
File yang kemarin diungkap juga menyebut bahwa penampakan UFO di Inggris pada tahun 1950-an mendapat tanggapan serius, bahkan didiskusikan oleh pejabat intelijen level tinggi.
Penulis 'The UFO files' dan dosen jurnalistik senior dari Sheffield Hallam University mengatakan, di tanggal-tanggal di file yang kemarin dibuka adalah saat di mana ketertarikan terhadap dunia paranormal mencapai puncaknya.
Apalagi, didukung sejumlah film fiksi ilmiah semacam 'The X Files' dan 'Independence Day'.
Sementara, Nick Pope, mantan pegawai Departemen Pertahanan Inggris yang menangani file UFO mengatakan, seberapa besar kepercayaan seseorang tentang keberadaan UFO, ada fakta-fakta yang harus dipertimbangkan.
"Mayoritas dari laporan penampakan UFO adalah kesalahan identifikasi benda, misalnya lampu pesawat atau meteor. Namun, sebagian kecil dari laporan tersebut sampai sekarang tidak bisa dijelaskan," kata dia, seperti dimuat Daily Telegraph. (sj)
Salah satu gambaran laporan UFO (Daily Mail)
Salah satunya adalah penampakan pesawat raksasa misterius yang besarnya '20 kali lapangan bola' di atas Bandara Manchester, Inggris, Januari 1995.
Penampakan itu dilaporkan para saksi mata ke pihak militer setempat. Yang luar biasa, di hari yang sama, pilot British Airways melaporkan pesawatnya 'hampir meleset' saat ia mencoba mendaratkan Boeing 737 di landasan. Ini jadi bahan investigasi Departemen Pertahanan.
Laporan lain menyebutkan, penampakan benda mirip cerutu di atas Lancashire pada Februiari 1977, serta pada Oktober 1980, dua petugas polisi yang melakukan patroli di RAF Woodbridge, Suffolk, melihat obyek aneh yang bersinar dari dalam hutan.
"Deskripsi obyek tersebut, berwarna metalik, dan berbentuk segitiga. Benda ini memancarkan cahaya putih ke hutan di sekitarnya," demikian bunyi laporan tersebut, seperti dimuat laman The Sun.
Salah satu laporan yang paling menarik perhatian adalah keputusan Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill yang sengaja merahasiakan insiden 'pertemuan' antara UFO dengan pesawat pembom milik RAF di atas perairan Inggris.
Dalam dokumen rahasia yang diungkap hari ini, Churchill beralasan, dia tak mau rakyat panik dan kehilangan keyakinan agamanya.
Churchill mengeluarkan keputusan itu di sela-sela rapat rahasia dengan komandan pasukan sekutu, Jenderal Dwight Eisenhower di sebuah tempat yang dirahasiakan di Amerika Serikat.
***
File yang kemarin diungkap juga menyebut bahwa penampakan UFO di Inggris pada tahun 1950-an mendapat tanggapan serius, bahkan didiskusikan oleh pejabat intelijen level tinggi.
Penulis 'The UFO files' dan dosen jurnalistik senior dari Sheffield Hallam University mengatakan, di tanggal-tanggal di file yang kemarin dibuka adalah saat di mana ketertarikan terhadap dunia paranormal mencapai puncaknya.
Apalagi, didukung sejumlah film fiksi ilmiah semacam 'The X Files' dan 'Independence Day'.
Sementara, Nick Pope, mantan pegawai Departemen Pertahanan Inggris yang menangani file UFO mengatakan, seberapa besar kepercayaan seseorang tentang keberadaan UFO, ada fakta-fakta yang harus dipertimbangkan.
"Mayoritas dari laporan penampakan UFO adalah kesalahan identifikasi benda, misalnya lampu pesawat atau meteor. Namun, sebagian kecil dari laporan tersebut sampai sekarang tidak bisa dijelaskan," kata dia, seperti dimuat Daily Telegraph. (sj)
Selasa, 09 November 2010
sama kampus.sama peraturan.beda perlakuan
aneh.... sama aturan-aturannya tapi kok gag semua kena ya..
bingung ya sama maksudnya artikelku. hehehehe. Jadi gini waktu UTS di tempat aku menempuh ilmu di Universitas "........." ada beberapa aturan yang emang harus ditaatin sama semua mahasiswanya. well emang uda seharusnya kayak gitu kan. Nah.nah poko permasalahannya disini.sini.........
ada beberapa mahasiswa yang telat ngomel2 lah dia cuz gg boleh masuk. Dan tanpa omong panjang si pengawas to the point "Silahkan tutup pintu dari luar" hahaha udah tau maksudnya kan. Secara logika kalo yang namanya aturan kan harus ditaati dan seharusnya merata tapi............. Katanya pengakuan salah satu dari korban pengusiran halus sebut saja bunga ( kyk korban kasus XXX aja) dia bilang dikelas lain jam telat 1/2 jam is okay dan masi dibolein masuk (IDL banget yang kena pengawas yang killer). Wajarlah perlakuan pengawas killer vs pengawas friendly kadang bikin mahasiswa kelas yang dapet pengawas killer jadi nglipet muka cuz iri hehehe. trus ada lagi tentang rambut.... heran de sama cowok jaman sekarang kok suka rambut panjang kayak rambut cewek ( alay gk gt itu? ). emang si benernya gg ada korelasinya antara rambut vs kecerdasan seseorang ( sedikit mengadopsi kata-kata dari film aku liat di semester kemarin, keren filmnya. sedikit mempromosikan film teman). nah ini ni yang buat sebagian temanku ngomel-ngomel (lelaki yang menjaga kehormatan rambutnya...wkwkwk kayk dude herlino aja). Rambut yang udah diidam2kan selama ini dengan rasa gg karuan harus rela gag rela harus rela dipotong, mending aja motongnya pake jasa tukang cukur nah ini dipotong sama tukang cukur dadakan. E e E ternyata setelah keluar ruangan ternyata disekitarnya masi banyak para lelaki yang berkeliaran dengan rambutnya yang masi melambai-lambai. Nah kalo yang ini kasusnya berarti pengawas gaul vs pengawas em apa ya enaknya.........pengawas disiplin deh (sebutannya jadi lebih halus kan).
well mungkin ini cuma sekedar sharring bukan untuk mengadu domba atau apalah. Jadi kalo seandenya ada yang terluka maap.maap banget (",)v.
mungkin jugag bisa buat koreksi kan hehehehe
bingung ya sama maksudnya artikelku. hehehehe. Jadi gini waktu UTS di tempat aku menempuh ilmu di Universitas "........." ada beberapa aturan yang emang harus ditaatin sama semua mahasiswanya. well emang uda seharusnya kayak gitu kan. Nah.nah poko permasalahannya disini.sini.........
ada beberapa mahasiswa yang telat ngomel2 lah dia cuz gg boleh masuk. Dan tanpa omong panjang si pengawas to the point "Silahkan tutup pintu dari luar" hahaha udah tau maksudnya kan. Secara logika kalo yang namanya aturan kan harus ditaati dan seharusnya merata tapi............. Katanya pengakuan salah satu dari korban pengusiran halus sebut saja bunga ( kyk korban kasus XXX aja) dia bilang dikelas lain jam telat 1/2 jam is okay dan masi dibolein masuk (IDL banget yang kena pengawas yang killer). Wajarlah perlakuan pengawas killer vs pengawas friendly kadang bikin mahasiswa kelas yang dapet pengawas killer jadi nglipet muka cuz iri hehehe. trus ada lagi tentang rambut.... heran de sama cowok jaman sekarang kok suka rambut panjang kayak rambut cewek ( alay gk gt itu? ). emang si benernya gg ada korelasinya antara rambut vs kecerdasan seseorang ( sedikit mengadopsi kata-kata dari film aku liat di semester kemarin, keren filmnya. sedikit mempromosikan film teman). nah ini ni yang buat sebagian temanku ngomel-ngomel (lelaki yang menjaga kehormatan rambutnya...wkwkwk kayk dude herlino aja). Rambut yang udah diidam2kan selama ini dengan rasa gg karuan harus rela gag rela harus rela dipotong, mending aja motongnya pake jasa tukang cukur nah ini dipotong sama tukang cukur dadakan. E e E ternyata setelah keluar ruangan ternyata disekitarnya masi banyak para lelaki yang berkeliaran dengan rambutnya yang masi melambai-lambai. Nah kalo yang ini kasusnya berarti pengawas gaul vs pengawas em apa ya enaknya.........pengawas disiplin deh (sebutannya jadi lebih halus kan).
well mungkin ini cuma sekedar sharring bukan untuk mengadu domba atau apalah. Jadi kalo seandenya ada yang terluka maap.maap banget (",)v.
mungkin jugag bisa buat koreksi kan hehehehe
Senin, 08 November 2010
Komputer Membantuku dan Membunuhku
menimbulkan penyakit akibat kerja seperti halnya pemakaian mesin pada kegiatan
industri. Penyakit yang dapat diakibatkan oleh penggunaan komputer ini antara lain
stress, gangguan pada mata dan penglihatan serta gangguan muskuloskeletal.
Gangguan-gangguan di atas timbul karena penggunaan yang salah, seperti
misalnya letak layar yang terlalu tinggi, jarak mata dengan komputer yang terlalu dekat,
tidak ergs nomisnya meja keyboard dengan tubuh operator, pencahayaan yang salah,
dan lain sebagainya. Gangguan-gangguan yang timbul dapat diatasi dengan
memperbaiki kekeliruan di atas.
Dengan teknik penggunaan yang benar maka penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh komputer dapat dihindari.
RSI berupa rasa sakit yang timbul akibat gerakan yang berulang-ulang pada satu bagian tubuh tertentu dan posisi duduk yang terlalu lama atau menetap. Posisi kita dalam bekerja, meja kerja, dan perangkat kerja sangat menentukan timbulnya masalah RSI. Gangguan itu biasanya berupa leher, pergelangan tangan, dan punggung yang menjadi kaku.
Sedangkan CVS berupa rasa lelah pada mata yang diakibatkan karena terlalu lama bekerja di depan komputer. Sehingga mata menjadi terasa kering, berair, terasa panas atau pusing. Untuk itu, peletakan layar monitor sebaiknya berada di bawah mata dengan siku dalam posisi 90 derajat. Biasakan untuk beristirahat setidaknya 15 menit setiap jam dan alihkan mata Anda pada pandangan lain, kalau bisa fokuskan pandangan pada obyek yang jauh. Duduklah dengan tegak dan jangan bersandar miring pada kursi karena posisi duduk yang salah dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. Gunakan perangkat komputer yang tepat, seperti monitor, keyboard, mouse yang sesuai dengan besar telapak tangan agar pengelangan tanganpun tidak kaku.
Gangguan RSI dapat diatasi dengan melakukan pemijatan pada otot dan saraf yang mengalami ketegangan. Selain itu, sebaiknya lakukanlah peregangan secara berkala pada bagian-bagian tubuh yang sering terserang kaku agar otot-otot mengalami relaksasi. Kemudian, agar mata tidak mudah lelah dan cepat kering, berkediplah sesering mungkin. Dengan berkedip, mata menjadi basah sehingga terhindar dari ketegangan mata maupun efek pusing yang ditimbulkan.
MACAM-MACAM PENYAKIT AKIBAT PENGGUNAAN KOMPUTER
A. Stres
Bekerja menggunakan komputer dapat menimbulkan stres. Stres yang dapat
ditimbulkan oleh penggunaan komputer tidak memiliki perbedaan dengan tipe stres
yang ada didalam kehidupan. Seperti yang telah ditemukan The National Institut of
Occupational Safety and Health (NIOSH), menemukan bahwa operator komputer
mengalami stress pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan pekerja lain.
B. gangguan kejiwaan
Selain itu berkerja seharian dengan computer bisa menimbulkan anti sosial dan kurangnya gerak, dan ketergantungan terhadap komputer
C. Gangguan Pada Mata dan Penglihatan
Penggunaan komputer dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan
gangguan ketajaman, ’sakit kepala dan gangguan pada mata itu sendiri. Keadaan ini oleh
The American Optometric Association disebut Computer Vision Syndrome (CVS).
Bukan tidak mungkin jika kemudian akan menjadi permanen dan akan merusak mata.
Namun keadaan ini akan segera berkurang jika penggunaan komputer dihentikan.
Sehingga perlu diketahui gejala — gejala yang muncul selama menggunakan komputer.
Gejala CVS tersebut antara lain :
1. Myopia sementara,
Yaitu ketidakmampuan melihat dengan jelas objek yang jauh untuk beberapa
saat sampai beberapa jam setelah menggunakan komputer.
2. Mata lelah
Keadaan mata yang lelah ini dapat disebabkan oleh bahaya dari monitor,
koreksi penglihatan yang berkurang, membaca dokumen dengan ukuran huruf
yang kecil, keadaan kontras yang tidak seimbang antara teks dan Tatar
belakang, kejapan pada monitor yang nyata dan mata yang kering.
3. Penglihatan kabur
Penglihatan yang kabur dapat disebabkan oleh perubahan fisilogis ( akibat
proses penuaan atau penyakit ). Hal ini juga dapat diakibatkan karena melihat
benda tents menerus dengan jarak 12 inchi dan membaca dengan cahaya yang
kurang.
4. Mata kering, iritasi dan mata berair.
Keadaan ini terjadi jika kekurangan cairan untuk menjaga kelembaban mata
terjaga dengan keadaan refleks kedipan mata. Jumlah kedipan mata bervariasi
sesuai dengan aktivitas yang sedang dilakukan dan akan berkurang saat sedang
berkonsentrasi. Mata menjadi merah dan berair, disebabkan karena saat
menggunakan komputer akan mengurangi jumlah kedipan.
5. Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya.
6. Sakit kepala, sakit punggung, sakit leher dan spasme otot.
Hal- hal yang dapat menyebabkan munculnya CVS adalah :
1. Posisi tubuh yang buruk saat berhadapan dengan komputer.
2. Penerangan yang menghasilkan silau atau bayangan, gambar yang kabur atau
gambar yang terlalu gelap atau terlalu terang.
3. Jumlah kedipan tidak cukup untuk membasahi permukaan bola mata.
4. Penggunaan lensa koreksi yang tidak sesuai dengan posisi dan jarak pengguna
dari monitor
5. Kelainan minor pada penglihatan yang diperberat oleh penggunaan komputer.
Tanda Peringatan
Gejala awal RSI dapat muncul pada berbagai tempat dari pangkal lengan hingga ke ujung tangan. Gejala yang menjadi tanda peringatan menyangkut:
• Kesulitan membuka dan menutup tangan
• Otot tangan terasa kaku (misalnya hingga kesulitan mengancing baju)
• Kesulitan menggunakan tangan (untuk membalik halaman buku, memutar tombol atau bahkan memegang mug)
• Bangun dengan rasa sakit di pergelangan tangan atau mati rasa di tangan, terutama di awal pagi hari
• Tangan terasa dingin
• Tangan gemetar (tremor)
• Tangan terasa canggung, bergetar atau bahkan mati rasa.
Bila merasakan gejala-gejala seperti ini beberapa hari datang dan pergi, Anda harus mencurigainya.. Kemungkinan ini adalah tanda peringatan Anda mengidap RSI..
Tips
• Pastikan tempat kerja Anda dirancang secara ergonomis
• Kurangi waktu penggunaan komputer (termasuk untuk bermain game dan kembali membuka buku referensi daripada searching di web)
• Gunakan variasi perangkat input.
• Misalnya mengganti mouse yang lebih ergonomis atau memindahkan ke tangan sebelah lain, bahkan kurangi penggunaan mouse
• Ambil beberapa waktu istirahat sejenak.
• Bangkit dari kursi Anda, karena tubuh kita tidak dirancang untuk duduk sepanjang hari. Jangan mengetik lebih dari 30 menit tanpa istirahat
• Kerap kali lakukan peregangan.
• Peregangan membantu mengurangi ketegangan pada otot-otot. Namun jangan melakukan peregangan kalau terasa sakit.
• Kurangi kecepatan melakukan double click.
• Jaga kehangatan suhu.
• Otot dan urat yang berada dalam kondisi dingin lebih berisiko RSI.
. jangan terlalu bergantung pada komputer
Latihan Peregangan
• Mekarkan jari-jari dan tahan selama 10 detik hingga Anda merasakan peregangan. Lalu tekuk jari ke buku jari, tapi jangan mengepalkan tangan lalu lepaskan
• Rentangkan siku ke atas kepala, lengan bawah berjuntai di belakang kepala Anda. Raih siku dengan tangan sebelah lain, tarik ke bawah menuju tengkuk. Ulangi dengan sisi lain
• Genggam tangan di belakang kepala. Duduk tegak, regangkan siku ke belakang dan tahan untuk peregangan
• Duduk tegak di kursi, genggam tangan Anda di belakang sandaran kursi lalu regangkan lengan Anda sebisa mungkin kemudian angkat tangan menuju langit-langit
• Tundukkan kepala ke arah telinga lalu perlahan tarik kepala ke pundak dan tahan beberapa saat. Ulangi untuk sisi yang lain.
• Gerakkan bahu Anda ke depan, belakang, turun dan naik. Buat lingkaran sebesar mungkin dan ulangi dengan arah yang berbeda
WWW.DIONBLUES13.BLOGDETIK.COM
Sabtu, 06 November 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Dampak negative perkembangan teknologi telepon dari segi sosial
1. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face).
2. Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.
manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP, maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat sedikitpun. Memang akan menjadi lebih mudah tetapi orang akan lebih tidak peduli dengan rasa sosial.
Dampak negative perkembangan teknologi telepon dari segi kesehatan
Mula-mula semua orang memang senang dan tak ada yang risau tentang bahaya yang timbul dari alat-alat itu. Akan tetapi setelah orang makin tahu bahwa alat itu memancarkan gelombang elektromagnetik, yang jahatnya seperti sinar X dan ultraviolet kalau terlalu lama menimpa orang, maka mulailah negara-negara industri risau.
Kerisauan dipacu oleh berita bahwa gelombang magnetik mikro dari telepon genggam yang dinyalakan terus-menerus dalam pesawat udara mengganggu hubungan radio antara pilot pesawat dan menara pengatur lalu lintas udara di bandara. Bayangkan kalau gangguan itu diikuti oleh kekaburan informasi sampai perintah pendaratan ditafsirkan salah, lalu timbul tabrakan pesawat di udara! Malapetaka itu hanya gara-gara sinar gelombang mikro dari telepon genggam yang dinyalakan terus-menerus. Sejak itu, penumpang pesawat dilarang menyalakan telepon genggamnya pada waktu pesawat sedang tinggal landas dan ketika hendak mendarat.
gelombang elektromagnetik dari alat-alat elektronik itu mempengaruhi kesehatan orang?
Kita ingat, semua sinar ultra rendah seperti sinar ultraviolet dari matahari dan sinar X yang dipancarkan alat pemotret organ tubuh kita, nyata sekali menggetarkan molekul yang dilaluinya, lalu menimbulkan friksi dan panas kalau tubuh terlalu lama dipaparkan padanya.
Sinar yang dipancarkan telepon genggam, juga sama-sama berupa gelombang mikro. Kalau terlalu lama ditempelkan pada telinga, berikut antenanya yang menyentuh kepala, telepon genggam itu membuat orang agak pusing karena pembuluh darah di lehernya menyempit sampai meningkatkan tekanan darah. Dalam penelitian di Jerman ditemukan bahwa pemaparan selama 35 menit meningkatkan tekanan darah sampai 5 - 10 mmHg, kalau telepon terus-menerus dipakai mengobrol dan menempel pada telinga. Bagi penderita tekanan darah tinggi, kenaikan sebesar itu sudah membahayakan.
Berbagai negara penghasil telepon genggam kemudian merancang undang-undang agar alat yang diproduksi di kemudian hari disertai alat peredam, hingga tidak berbahaya bagi para penderita tekanan darah tnggi.
Namun sebelum alat-alat itu disempurnakan dengan alat pengaman, kita di Indonesia yang sampai kini masih dipaparkan pada sinar gelombang mikro alat-alat kuno, sebaiknya berhati-hati dan menghindari pancaran sinar itu dari telepon genggam.
Solusinya dengan tidak memakai alat itu kalau tidak perlu benar. Kalaupun perlu memakai telepon genggam, misalnya, jangan terlalu lama sampai melebihi setengah jam.
Televisi dan Komputer Ganggu Perkembangan Anak
Sudah menjadi fenomena umum bahwa kini banyak orang tua yang membiarkan anak-anak mereka - bahkan sejak usia pra sekolah - asyik menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau bermain komputer. Bagi orang tua, selama anak-anak merasa senang, kebiasaan ini tidak pernah di anggap sebagai ancaman.
Padahal membiasakan anak-anak menonton televisi atau bermain komputer, ternyata memiliki dampak negatif khususnya bagi perkembangan otak dan kejiwaan anak.
Peringatan akan ancaman serta dampak buruk televisi dan media elektronik lainny terhadap perkembangan anak diungkapkan oleh seorang ahli dari Inggris belum lama ini. Salah satu pesan pentingnya adalah anak-anak pra sekolah seharusnya tidak dibiarkan menonton televisi atau bermain dengan komputer, supaya otaknya berkembang dengan sempurna.
Seorang ahli perkembangan anak, Dr Aric Sigman, mengatakan bahwa telah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kebiasaan duduk di depan layar komputer atau televisi berjam-jam dapat menimbulkan pengaruh buruk pada anak-anak khususnya untuk jangka panjang.
Kebijakan pemerintah Inggris, yang memperbolehkan para guru secara legal menunjukkan bagaimana mengoperasikan komputer atau televisi justru telah mengakibatkan anak-anak berada dalam risiko besar.
Anak-anak berusia tiga tahun yang menonton televisi terbukti mengalami kesulitan dengan pelajaran matematika, membaca dan pemahaman bahasa di sekolah. Keping DVD yang mengklaim dapat melatih bayi dan anak-anak yang baru bisa berjalan justru diduga dapat menghambat proses pembelajaran bahasa.
Selain itu, program-program kekerasan , film dan game juga dikenal dapat mempengaruhi fungsi kerja otak anak-anak, dan dapat mendorong timbulnya agresi dan sifat impulsif.
Lebih dari setengah populasi anak-anak berusia tiga tahun di Inggris memiliki televisi di kamar mereka dan dua pertiga di antaranya selalu menonton televisi sebelum pergi ke sekolah.
Anak-anak yang memiliki televisi di kamar tidurnya cenderung sulit untuk mengembangkan kemampuan membaca ketika beranjak enam tahun. Dan seperempat dari anak -anak berusia lima tahun di Inggris tercatat memiliki laptop atau perangkat komputer sendiri.
Statistik ini seharusnya membuat kita untuk mempertimbangkan sebuah kebijakan untuk membuat perlindungan bagi anak-anak dalam perkembangannya, menyediakan semacam buffer zone dari media elektronik yang begitu kuat.
Pada usia yang rentan di mana anak-anak mulai melihat cara hidup dengan spontan, peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan untuk melihat tayangan setiap harinya, jumlah layar di kamar-kamar tidur anak dan bahkan alat-alat kecil seharusnya membuat kita semua berhenti dan merenung.
Komputer Bagi Anak
kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.
Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).
Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.
Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresif ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.
Akses negatif lewat internet
Pengaruh negatif lain, adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.
Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua, yaitu:
Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek.
‘Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal.
Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.
Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.
Peran penting orangtua
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.
Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.
Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.
Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.
Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.
DAMPAK KOMPUTER BAGI KESEHATAN
Tenyata tak selamanya kemajuan dunia komputer berdampak positif bagi manusia. Salah satu hal yang paling mudah diamati adalah dampak komputer bagi kesehatan individu pemakainya. Dan dari semua keluhan kesehatan yang pernah ada, kebanyakan keluhan datang dari para pengguna laptop. Laptop atau notebook sebagai sarana mobile-computing memang dirancang seefesien mungkin untuk dapat dengan mudah dibawa ke manapun. Namun efesiensi yang didapat dari penggunaan laptop ini rupanya harus dibayar mahal dengan mengorbankan faktor ergonomic yang sangat berperan dalam menjamin kenyamanan dan kesehatan sang pemakai.
Salah satu kasus gangguan kesehatan dalam penggunaan laptop dialami oleh Danielle Weatherbee (29 tahun) dari Seattle, seperti yang ditulis dalam buku Using Information Technology. Karena kebiasaannya sehari-hari yang mempergunakan laptop di mana pun berada, ia kemudian mengalami gangguan tulang belakang. Setelah diperiksa, dokter mendapati tulang belakangnya sudah seperti seorang berusia 50 tahun. Inilah salah satu akibat dari dikorbankannya nilai ergonomic sebuah barang, dalam hal ini laptop.
Secara luas, memang dikenal beberapa gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian komputer, antara lain Repetitive Stress/Strain Injury (RSI), Kelelahan Mata dan Sakit Kepala, Sakit Punggung dan Leher, dan Medan Elektromagnetik. Lebih lanjut mengenai Repetitive Stress/Strain Injury (RSI) sendiri adalah sakit pada pergelangan tangan, lengan, tangan dan leher karena otot-ototnya harus bekerja cepat dan berulang. Hal ini dapat menjadi semakin parah jika sang pemakai komputer tidak memperhatikan faktor ergonomic pemakaian komputer dalam jangka waktu lama. Faktor ergonomic sendiri sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan posisi ideal yang sehat bagi tubuh selama pemakaian komputer.
Yang kedua adalah kelelahan mata dan sakit kepala. Sebenarnya ini merupakan keluhan yang paling banyak dikeluhkan para pemakai komputer, Computer Vision Sindrome (CVS) sendiri merupakan kelelahan mata yang dapat mengakibatkan sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, dan berbagai masalah penglihatan lainnya.
Untuk masalah medan elektromantik (EMF), sebenarnya telah marak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Banyak pihak yang mengkhawatirkan dampak medan magnetic yang terdapat pada berbagai jenis peralatan elektronik, termasuk komputer, terhadap para pemakainya. Mulai dari ketakutan akan gangguan kelahiran yang menyebabkan bayi lahir cacat hingga gangguan yang menyebabkan kanker, pernah menjadi isu seputar dampak medan magnetic. Akan tetapi hingga saat ini belum ada yang tahu pasti mengenai kebenaran dugaan tersebut. Namun begitu, di negara-negara maju seperti Inggris, pemerintahnya telah menganjurkan agar anak-anak di bawah umur mengurangi pemakaian barang-barang yang bermedan elektronik, termasuk komputer bagi anak. Menanggapi kekhawatiran tersebut, Federal Communication Commission (FCC) sebenarnya telah membuat pengukuran khusus yang disebut Specifik Absorption Rate (SAR). SAR sendiri berfungsi untuk menyediakan data tingkat radiasi dari tiap type ponsel yang ada.
Teknologi dan Dampak Kebudayaannya
Tantangan dalam Laju Teknologi
Menghadapi kuatnya kecenderungan menggejalanya teknologi sebagai kekuatan otonom (J. Ellul) sehingga melahirkan teknokrasi dan akhirnya menjelma sebagai teknopoli (N. Postman), manusia masa kini akhirnya berhadapan dengan berbagai tuntutan dan tantangan yang ditimbulkan hasil ciptaannya sendiri, yaitu teknologi. Betapapun canggihnya, setiap teknologi adalah hasil daya cipta manusia.
Sejak bergulirnya era industrialisasi, maka selama dua abad terakhir dari milenium ke-2 ini kita tidak hanya menyaksikan teknologi maju secara konsisten, melainkan juga melaju melalui lompatan dan terobosan (leaps and breakthroughs), teristimewa pada lima puluh tahun terakhir abad ke-20 ini. Kemajuan teknologi begitu pesatnya, sehingga nyaris tiada bidang kehidupan manusia yang bebas dari terpaan dampaknya, cepat atau lambat dan langsung atau tak langsung. Perkembangan industrialisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi itu pula yang mengawali produksi sesuatu secara massal (mass production) dan tidak mungkin tertandingi oleh produktivitas yang diandalkan semata-mata pada kemampuan manusia.
Kalau direntang dalam periode sejak terjadinya revolusi industri hingga akhir abad ini, maka dua ciri menonjol dalam kinerja produksi ialah prosesnya yang digerakkan melalui mechanization and automation. Berbagai kegiatan manusia yang bersifat produktif berangsur-angsur diambil alih oleh kedua daya tersebut, bahkan dengan kemampuan yang berlipat ganda. Sejalan dengan meningkatnya kemampuan produktif itu pula maka makin kuat dukungan untuk produksi yang bersifat massal.
Kalau periode pertama sejak terjadinya Revolusi Industri ditandai oleh diambilalihnya berbagai fungsi manusia yang berupa kemampuan fisik, maka dalam lima puluh tahun terakhir ini fungsi manusia yang berupa kemampuan mental juga mulai diambil alih oleh teknologi. Teknologi komputer menjadi ilustrasi yang tepat untuk menunjukkan betapa teknologi pun berkesanggupan untuk menjadi perpanjangan atau pengganti kemampuan fungsi mental pada manusia. Maka dalam dua dasawarsa terakhir abad ini banyak pakar yang bersibuk diri dengan studi tentang apa yang dewasa ini terkenal dengan istilah artificial intelligence.
Gambaran komprehensif dan kritis tentang artificial intelligence dapat diperoleh dari buku Raymond Kurzweil, The Age of Intelligent Machines, yang menghimpun pendapat sejumlah pakar mengenai perkembangan intelligent machines.
Menjadi Surplus
Begitu eratnya keterjalinan antara manusia dan teknologi sebagai perpanjangan kemampuannya, sehingga yang asalnya merupakan minus dari kemampuannya (ability), bisa dikembangkan menjadi surplus bagi kesanggupannya (capability). Menurut fitrahnya manusia tidak mampu terbang, namun dengan teknologi dia mampu terbang, bahkan tinggal beberapa lama di angkasa luar; pertemuan tatap-muka (face-to-face) secara berhadapan juga dapat dilaksanakan dalam jarak amat jauh melalui tatap-citra (image-to-image).
Banyak lagi yang bisa dicontohkan sebagai ilustrasi untuk menunjukkan betapa teknologi telah memungkinkan terjadinya transformasi mendasar dan berskala luas –bahkan nyaris sulit dibatasi– dalam peri kehidupan manusia dan kemanusiaan. Transformasi tersebut juga telah menimbulkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar-manusia (patterns of human relations), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar-pribadi (interpersonal relations) dan bersifat hubungan intersubjektif.
Seiring dengan kemajuan teknologi, ruang dan waktu sebagai dimensi eksistensial juga berubah secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama oleh faktor kekuatan (power) dan kecepatan (speed); kedua faktor ini makin meningkat pengaruhnya seiring dengan berlanjutnya pemutakhiran dan pencanggihan teknologi. Pengaruh faktor kekuatan dan kecepatan itu terutama mencuat dalam perkembangan teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi.
Dalam kaitan ini, kiranya secara khusus perlu dicermati perkembangan teknologi yang menunjang kesanggupan untuk menyebarkan informasi dengan daya jangkau global. Teknologi ini menerpa kita dengan bahan informasi secara bertubi-tubi serta melintas dengan kecepatan tinggi sekali lewat jaringan global yang diibaratkan sebagai super-highways. Kedua faktor itu pula yang menambah nilai efisiensi, sehingga keterlambatan penguasaannya niscaya juga berarti ketertinggalan dalam laju proses modernisasi.
Melampaui Kemampuan Manusia
Terpaan stimuli berupa bahan informasi yang berlangsung secara segera (instant) dan serentak (simultaneous) itu sangat jauh melampaui kemampuan manusia untuk menyerap dan mengendapkannya, kecuali dengan dukungan teknologi yang sepadan pula. Terwujudnya jaringan internet merupakan ilustrasi yang mengukuhkan betapa besar dampak mondial yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan teknologi yang mendukungnya. Internet telah memberi wujud bagi keterbukaan dalam arti luas; keterbukaan berbagai sumber untuk memperoleh informasi, keterbukaan untuk menyebarkan informasi (tentu bisa juga yang bersifat mis- atau dis-informasi), keterbukaan menjalin komunikasi untuk berbagai kepentingan dari yang paling pribadi dan subjektif hingga yang paling lugas dan objektif.
Dari berbagai kenyataan yang menggejala dewasa ini makin nyatalah keberhasilan teknologi memberi struktur pada dunia manusia sebagai gelanggang akbar, yang diringkas sebagai suatu matriks interaksi. Sebagai konsekuensinya, tampaknya mustahil untuk mencegah kecenderungan akan menggejalanya berbagai pola baru dalam perilaku manusia, khususnya dalam interaksi antarpribadi yang mestinya berciri intersubjektif.
Perikehidupan manusia yang ditandai tempo-hidup (life-space) yang kian meninggi, berjalan seiring dengan dihayatinya ruang-hidup (life-space) yang kian menyempit karena meningkatnya keterjalinan manusia ke dalam berbagai jaringan interaksi. Anehnya, makin derasnya banjir informasi yang menerpa manusia pada analisis akhirnya berakibat terjadinya pemiskinan kemampuannya untuk menyimpan (retention) bahan informasi yang diterimanya dan juga kemampuannya untuk menampilkan kembali (retrieval) kesan-kesan yang tersimpan padanya. Namun, kedua kemampuan tersebut pun dapat digantikan oleh teknologi yang sepadan.
Maka dapat dimengerti kiranya, kalau dewasa ini makin kuat pula kecenderungan untuk memperbandingkan — bahkan menyamakan — fungsi otak manusia dengan komputer. Michael W. Eysenck dalam hubungan ini menyatakan: “Information processing in people resembles that in computers”. Kalau demikian halnya, maka tidak tertutup kemungkinan, bahwa dalam jangka panjangnya proses tersebut sebagian besar (atau sepenuhnya?) bisa diambil alih oleh kemampuan komputer yang makin dipercanggih.
Sebagai kelanjutan dari penerapan teknologi modern timbul pula keharusan untuk memperbarui berbagai tatanan yang ditujukan pada adanya keteraturan dalam kinerja manusia, secara individual maupun kolektif. Dalam kaitan ini makin menonjollah arti penyusunan organisasi dan perancangan sistem. Maka tidaklah mengherankan kalau serempak dengan penerapan teknologi modern, keterlibatan manusia dalam organisasi dan keterikatannya pada sesuatu sistem menjadi imperatif yang sulit disanggah. Bahkan boleh jadi manusia modern tidak punya pilihan lain bagi aktualisasi dirinya, kecuali melalui keterkaitannya ke dalam organisasi dan sistem tertentu yang secara apriori meletakkan berbagai rambu-rambu bagi perilakunya.
Rambu-rambu itu diperlukan antara lain demi terjaminnya disiplin kerja, fungsi birokrasi, kepatuhan hierarki, sinkronisasi, dan koordinasi antarsatuan kerja, kesinambungan arus masukan dan keluaran guna menjamin kelancaran kinerja, efektifnya pengawasan, dan pengendalian mutu, dan sebagainya. Kesemuanya ini menimbulkan tuntutan bagi diterapkannya suatu cara untuk mengelola keseluruhan organisasi dan sistem yang bersangkutan; tuntutan itu dipenuhi dengan diberlakukannya suatu ragam tata laksana kerja yang lazimnya disebut manajemen.
Sebagai unsur dalam organisasi dan sistem yang harus berjalan optimal demi mencapai sasaran tertentu, maka manusia terpaksa harus siap mengalami reduksi diri karena dibatasinya perannya sebagai salah satu unsur belaka dalam sesuatu konfigurasi fungsional. Sebagai unsur fungsional dia bisa saling dipertukarkan (interchangeable) atau bahkan diganti (replaceable).
Dalam era teknologi, pertukaran, maupun pergantian itu semakin mungkin dilakukan melalui substitusi manusia oleh peralatan. Kenyataan ini pun akan merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi, bahkan berpengaruh memperumit masalah kesempatan kerja, karena meningkatnya jumlah pencari kerja yang timbul serentak dengan makin menyempitnya kesempatan kerja sebagai akibat makin terbukanya kemungkinan substitusi manusia oleh peralatan. Perlu ditambahkan bahwa kemajuan teknologi menuntut terisinya kesempatan kerja terutama berdasarkan profesionalisme dan expertise semutakhir mungkin. Tantangan ini tidak mudah dipenuhi, karena penguasaan sesuatu bidang keahlian juga harus berpacu dengan laju teknologi itu sendiri.
Teknokrasi dan Teknopoli pada Teknologi
Implikasi kemajuan teknologi berbeda dengan perkembangan ilmu. Dalam bidang ilmu, sesuatu tesis baru tidak dengan sendirinya berarti gagalnya keabsahan atau berlakunya tesis lama, sekalipun dirumuskan sebagai anti-tesis. Begitu pula, sesuatu teori baru tidak harus berarti usangnya teori terdahulu, meskipun disajikan sebagai kontra-teori. Beberapa tesis atau teori bisa saling bertahan dalam juxtaposisi dan masing-masing penganutnya tetap mempertahankan keabsahannya; bahkan sesuatu tesis atau teori lama bisa dimunculkan kembali
Sedang kemajuan teknologi ditandai oleh susul-menyusulnya proses pemutakhiran dan pengusangan. Setiap kali sesuatu teknologi dimutakhirkan selalu membawa konsekuensi dianggap usangnya pendahulunya. Kendatipun rentang masa hidupnya berbeda-beda, namun setiap teknologi mutakhir akan menjadikan pendahulunya tertinggal dan akhirnya usang.
Memperhatikan pesatnya laju kemajuan teknologi secara kuantitatif dan kualitatif dewasa ini, maka sangat boleh jadi daur pemutakhiran dan pengusangan itu akan terjadi dalam jangka waktu yang semakin singkat. Makin pesat laju kemajuan dalam sesuatu bidang teknologi, makin cepat pula berlansungnya susul-menyusul antara pengusangan dan pemutakhiran. Proses ini dapat digambarkan antara lain melalui kemajuan teknologi komputer dalam beberapa tahun saja belakangan ini. Sebagai konsekuensinya, usaha untuk menguasai teknologi yang terus-menerus mengalami pemutakhiran itu menuntut berkesinambungannya pelatihan dan pelatihan-ulang.
Menyaksikan kemajuan teknologi ini, Jacques Ellul berkesimpulan bahwa teknologi dalam zaman modern ini semakin berkembang sebagai autonomous force. Sebagai daya yang terus-menerus maju-dengan-pemutakhiran, akhirnya teknologi tampil sebagai kekuatan (kratos) yang dominan dalam kehidupan modern dan pascamodern. Teknologi yang asal mulanya diciptakan sebagai perpanjangan bagi kemampuan manusia, lambat-laun berbalik menjadikan manusia sebagai perpanjangannya, apalagi oleh makin bertambahnya ketergantungan manusia pada penyertaan teknologi dalam berbagai bidang kehidupannya.
Dominasi teknologi sebagai kekuatan yang makin berpengaruh dalam mengendalikan peri kehidupan manusia dan kemanusiaan itu oleh sejumlah filsuf akhir abad ini disebut sebagai gejala teknokrasi. Keterbiasaan manusia modern untuk hidup “bergandengan” dengan teknologi nyaris menjadi ketergantungan, sehingga kegagalan teknologi bisa bersifat katastrofal. Perhatikan apa kosenkuensinya, jika di Jakarta ini tiba-tiba putus semua aliran listrik.
Teknokrasi membawa berbagai konsekuensi terhadap kehidupan manusia umumnya, secara individual maupun kolektif. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan makin menggejalanya teknokrasi, makin banyak pula pola dan kecenderungan baru yang muncul sebagai tanggapannya. Berubahnya pola interaksi antar-manusia dimungkinkan oleh intervensi peralatan; pola kerja pun berubah oleh dimungkinkannya substitusi unsur manusia oleh mesin, pembakuan sebagai ciri yang melekat pada peralatan berlanjut dengan tindakan penyeragaman (uniformity) terhadap keanekaragaman (pluriformity) sebagai kenyataan manusiawi.
Dengan pembakuan dan penyeragaman itu terbukalah kesempatan untuk pemassalan berbagai karya manusia dengan dukungan peralatan yang makin meningkat kesanggupan dan kecanggihannya untuk mengganti manusia sebagai potensi kerja.
Kiranya tidak berlebihan untuk menyatakan, teknologi dan teknokrasi niscaya akan membawa perubahan pula dalam gaya hidup manusia dan masyarakat modern. Jika demikian halnya, maka tidak keliru pula untuk menyatakan bahwa dominasi teknologi dan teknokrasi akan berlanjut dengan berseminya budaya baru yang melahirkan berbagai nilai baru pula yang cenderung menjadi acuan perilaku manusia modern dalam berbagai pola interaksi dengan sesamanya.
Dengan lain perkataan: di samping berdampak struktural pada perikehidupan manusia, teknologi dan teknokrasi juga membangkitkan proses kultural dalam masyarakat yang diterpanya. Inilah gejala yang oleh N. Postman disebut technopoly, yang olehnya digambarkan sebagai berikut: Technopoly is a state of culture. It is also a state of mind. It consist in the deification of technology, which means that the culture seeks its authorization in technology, finds its satisfactions in technology, and takes its orders from technology. Maka yang menjadi masalah ialah sejauh mana sesuatu masyarakat siap memasuki zaman yang ditandai oleh supremasi teknologi dan teknokrasi sebagai daya pembangkit budaya baru tanpa merapuhkan ketahanan budayanya sendiri.
Konformisme Perilaku
Lepas dari penilaian sejauh mana budaya baru itu tampil sebagai budaya-sandingan (sub-culture) atau budaya-tandingan (counter-culture) dalam hubungannya dengan budaya asli sesuatu masyarakat, kehadiran budaya baru itu sedikit banyak niscaya akan berpengaruh terhadap konformisme perilaku yang telah membudaya dan cukup mantap dalam masyarakat tertentu. Konformisme perilaku erat kaitannya dengan persepsi nilai kebudayaan dan norma kemasyarakatan sebagai acuan yang cukup menyeragamkan perilaku warga masyarakat yang bersangkutan. Maka kehadiran suatu budaya baru mudah menimbulkan gejala heteronomi yang mungkin menjadi sebab timbulnya kekaburan atau kegoyahan sumber konformisme perilaku termaksud.
Dalam masyarakat dengan teknologi maju cukup banyak contoh yang menunjukkan betapa heteronomi bisa mengakibatkan munculnya berbagai perwujudan perilaku menyimpang — bahkan bersifat ekstrem — yang bisa berakibat pertentangan antar-lapisan dan antar-golongan dalam masyarakat. Beberapa perilaku menyimpang itu bisa berwujud pelarian untuk menghindar dari pengaruh budaya baru, mungkin berupa pencemoohan sambil memperkenalkan sumber nilai lain sebagai alternatif (misalnya mistik, metafisik).
Kalau benar bahwa sejalan dengan dominasi — apalagi glorifikasi — teknologi cenderung muncul budaya baru, maka bidang yang sangat penting pengaruhnya dalam hubungan ini ialah peran teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi. Melalui bidang-bidang ini meningkatlah pertemuan antar-budaya secara kuantitatif dan kualitatif, dan sejalan dengan itu semakin melaju pula berlangsungnya berbagai proses pembudayaan yang berskala mondial. Pertemuan antar-budaya tersebut seharusnya menjadi kesempatan saling-pengayaan wawasan pihak-pihak yang saling bertemu (mutualy insight-enhancing). Namun proses tersebut dalam kenyataannya dewasa ini lebih berlangsung sebagai arus satu arah, yaitu berlangsung sebagai banjir informasi dari pusat informasi global dengan dukungan teknologi canggih yang bebas melampias ke kawasan dengan penguasaan teknologi yang relatif tertinggal.
Pencanangan berlakunya Decade of Cultural Development oleh PBB mulai tahun 1988 untuk memperkukuh ketahanan budaya bangsa-bangsa dalam saling pertemuannya, ternyata tidak banyak artinya guna mencegah terjadinya arus pengaruh sepihak akibat terpaan proses pembudayaan yang berasal dari pusat-pusat global. Maka pada analisis ini akhirnya kita perlu membuat antisipasi tentang kemungkinan terjangkitnya gejala alienasi budaya disertai distorsi nilai-nilainya.
Perlu Dibenahi
Uraian di atas ini mungkin sekali mengesankan sikap negatif terhadap teknologi dan teknokrasi dalam perikehidupan manusia dan masyarakat. Kesan itu perlu segera dibenahi. Tujuan penyajian berbagai konsekuensi dari dominasi teknologi dan menguatnya gejala teknokrasi ialah agar kita tidak gampang terseret oleh sikap glorifikasi terhadap teknologi dan hasrat untuk serta-merta menerapkannya. Maka menyambut kenyataan tersebut kita perlu senantiasa menyadari bahwa betapa pun majunya teknologi, sebagai hasil karya manusia adalah perpanjangan bagi kemampuannya, dan bukan sebaliknya menjadikan manusia sebagai perpanjangannya. Betapa pun lompatan dan terobosan menandai kemajuan teknologi, manfaatnya harus diukur dari sejauh mana martabat dan kesejahteraan manusia terangkat olehnya, dan bukan sebaliknya berakibat pudarnya nilai-nilai manusiawi.
Itu sebabnya sejumlah filsuf menjelang peralihan abad ini memperingatkan, agar kemajuan teknologi tidak berakibat dehumanisasi dan despiritualisasi dalam perikehidupan manusia. Sebab betapa pun, manusia adalah pusat orientasi bagi dirinya; maka nilai kemanusiaan harus senantiasa diunggulkan di atas teknologi yang notabene merupakan hasil ciptaannya sendiri.
Dalam kegandrungan untuk menguasai dan menerapkan teknologi modern, sebaiknya kita juga menyisihkan waktu untuk mengamati munculnya berbagai gejala budaya baru dalam masyarakat yang telah menerapkan teknologi mutakhir dalam perikehidupannya. Dalam hubungan ini mestinya kita lebih dari sekadar melakukan studi dampak belaka; kita pun perlu mencurahkan perhatian pada studi perbandingan yang hasilnya bisa menjadi pedoman untuk kepentingan antisipasi terhadap berbagai risiko dan kontroversi yang boleh jadi akan menyertai penerapan sesuatu teknologi, sebagaimana misalnya terjadi dalam pengembangan dan penerapan teknologi nuklir dewasa ini, atau teknologi yang dikembangkan untuk memungkinkan dilahirkannya manusia unggul lewat eugenika; dan akhir-akhir ini juga melalui cloning demi membangun a brave new worl
2. Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.
manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP, maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat sedikitpun. Memang akan menjadi lebih mudah tetapi orang akan lebih tidak peduli dengan rasa sosial.
Dampak negative perkembangan teknologi telepon dari segi kesehatan
Mula-mula semua orang memang senang dan tak ada yang risau tentang bahaya yang timbul dari alat-alat itu. Akan tetapi setelah orang makin tahu bahwa alat itu memancarkan gelombang elektromagnetik, yang jahatnya seperti sinar X dan ultraviolet kalau terlalu lama menimpa orang, maka mulailah negara-negara industri risau.
Kerisauan dipacu oleh berita bahwa gelombang magnetik mikro dari telepon genggam yang dinyalakan terus-menerus dalam pesawat udara mengganggu hubungan radio antara pilot pesawat dan menara pengatur lalu lintas udara di bandara. Bayangkan kalau gangguan itu diikuti oleh kekaburan informasi sampai perintah pendaratan ditafsirkan salah, lalu timbul tabrakan pesawat di udara! Malapetaka itu hanya gara-gara sinar gelombang mikro dari telepon genggam yang dinyalakan terus-menerus. Sejak itu, penumpang pesawat dilarang menyalakan telepon genggamnya pada waktu pesawat sedang tinggal landas dan ketika hendak mendarat.
gelombang elektromagnetik dari alat-alat elektronik itu mempengaruhi kesehatan orang?
Kita ingat, semua sinar ultra rendah seperti sinar ultraviolet dari matahari dan sinar X yang dipancarkan alat pemotret organ tubuh kita, nyata sekali menggetarkan molekul yang dilaluinya, lalu menimbulkan friksi dan panas kalau tubuh terlalu lama dipaparkan padanya.
Sinar yang dipancarkan telepon genggam, juga sama-sama berupa gelombang mikro. Kalau terlalu lama ditempelkan pada telinga, berikut antenanya yang menyentuh kepala, telepon genggam itu membuat orang agak pusing karena pembuluh darah di lehernya menyempit sampai meningkatkan tekanan darah. Dalam penelitian di Jerman ditemukan bahwa pemaparan selama 35 menit meningkatkan tekanan darah sampai 5 - 10 mmHg, kalau telepon terus-menerus dipakai mengobrol dan menempel pada telinga. Bagi penderita tekanan darah tinggi, kenaikan sebesar itu sudah membahayakan.
Berbagai negara penghasil telepon genggam kemudian merancang undang-undang agar alat yang diproduksi di kemudian hari disertai alat peredam, hingga tidak berbahaya bagi para penderita tekanan darah tnggi.
Namun sebelum alat-alat itu disempurnakan dengan alat pengaman, kita di Indonesia yang sampai kini masih dipaparkan pada sinar gelombang mikro alat-alat kuno, sebaiknya berhati-hati dan menghindari pancaran sinar itu dari telepon genggam.
Solusinya dengan tidak memakai alat itu kalau tidak perlu benar. Kalaupun perlu memakai telepon genggam, misalnya, jangan terlalu lama sampai melebihi setengah jam.
Sudah menjadi fenomena umum bahwa kini banyak orang tua yang membiarkan anak-anak mereka - bahkan sejak usia pra sekolah - asyik menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau bermain komputer. Bagi orang tua, selama anak-anak merasa senang, kebiasaan ini tidak pernah di anggap sebagai ancaman.
Padahal membiasakan anak-anak menonton televisi atau bermain komputer, ternyata memiliki dampak negatif khususnya bagi perkembangan otak dan kejiwaan anak.
Peringatan akan ancaman serta dampak buruk televisi dan media elektronik lainny terhadap perkembangan anak diungkapkan oleh seorang ahli dari Inggris belum lama ini. Salah satu pesan pentingnya adalah anak-anak pra sekolah seharusnya tidak dibiarkan menonton televisi atau bermain dengan komputer, supaya otaknya berkembang dengan sempurna.
Seorang ahli perkembangan anak, Dr Aric Sigman, mengatakan bahwa telah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kebiasaan duduk di depan layar komputer atau televisi berjam-jam dapat menimbulkan pengaruh buruk pada anak-anak khususnya untuk jangka panjang.
Kebijakan pemerintah Inggris, yang memperbolehkan para guru secara legal menunjukkan bagaimana mengoperasikan komputer atau televisi justru telah mengakibatkan anak-anak berada dalam risiko besar.
Anak-anak berusia tiga tahun yang menonton televisi terbukti mengalami kesulitan dengan pelajaran matematika, membaca dan pemahaman bahasa di sekolah. Keping DVD yang mengklaim dapat melatih bayi dan anak-anak yang baru bisa berjalan justru diduga dapat menghambat proses pembelajaran bahasa.
Selain itu, program-program kekerasan , film dan game juga dikenal dapat mempengaruhi fungsi kerja otak anak-anak, dan dapat mendorong timbulnya agresi dan sifat impulsif.
Lebih dari setengah populasi anak-anak berusia tiga tahun di Inggris memiliki televisi di kamar mereka dan dua pertiga di antaranya selalu menonton televisi sebelum pergi ke sekolah.
Anak-anak yang memiliki televisi di kamar tidurnya cenderung sulit untuk mengembangkan kemampuan membaca ketika beranjak enam tahun. Dan seperempat dari anak -anak berusia lima tahun di Inggris tercatat memiliki laptop atau perangkat komputer sendiri.
Statistik ini seharusnya membuat kita untuk mempertimbangkan sebuah kebijakan untuk membuat perlindungan bagi anak-anak dalam perkembangannya, menyediakan semacam buffer zone dari media elektronik yang begitu kuat.
Pada usia yang rentan di mana anak-anak mulai melihat cara hidup dengan spontan, peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan untuk melihat tayangan setiap harinya, jumlah layar di kamar-kamar tidur anak dan bahkan alat-alat kecil seharusnya membuat kita semua berhenti dan merenung.
Komputer Bagi Anak
kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.
Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.
Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).
Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.
Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresif ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.
Akses negatif lewat internet
Pengaruh negatif lain, adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.
Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua, yaitu:
Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek.
‘Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal.
Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.
Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.
Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.
Peran penting orangtua
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.
Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.
Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.
Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.
Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.
Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.
Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.
DAMPAK KOMPUTER BAGI KESEHATAN
Tenyata tak selamanya kemajuan dunia komputer berdampak positif bagi manusia. Salah satu hal yang paling mudah diamati adalah dampak komputer bagi kesehatan individu pemakainya. Dan dari semua keluhan kesehatan yang pernah ada, kebanyakan keluhan datang dari para pengguna laptop. Laptop atau notebook sebagai sarana mobile-computing memang dirancang seefesien mungkin untuk dapat dengan mudah dibawa ke manapun. Namun efesiensi yang didapat dari penggunaan laptop ini rupanya harus dibayar mahal dengan mengorbankan faktor ergonomic yang sangat berperan dalam menjamin kenyamanan dan kesehatan sang pemakai.
Salah satu kasus gangguan kesehatan dalam penggunaan laptop dialami oleh Danielle Weatherbee (29 tahun) dari Seattle, seperti yang ditulis dalam buku Using Information Technology. Karena kebiasaannya sehari-hari yang mempergunakan laptop di mana pun berada, ia kemudian mengalami gangguan tulang belakang. Setelah diperiksa, dokter mendapati tulang belakangnya sudah seperti seorang berusia 50 tahun. Inilah salah satu akibat dari dikorbankannya nilai ergonomic sebuah barang, dalam hal ini laptop.
Secara luas, memang dikenal beberapa gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian komputer, antara lain Repetitive Stress/Strain Injury (RSI), Kelelahan Mata dan Sakit Kepala, Sakit Punggung dan Leher, dan Medan Elektromagnetik. Lebih lanjut mengenai Repetitive Stress/Strain Injury (RSI) sendiri adalah sakit pada pergelangan tangan, lengan, tangan dan leher karena otot-ototnya harus bekerja cepat dan berulang. Hal ini dapat menjadi semakin parah jika sang pemakai komputer tidak memperhatikan faktor ergonomic pemakaian komputer dalam jangka waktu lama. Faktor ergonomic sendiri sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan posisi ideal yang sehat bagi tubuh selama pemakaian komputer.
Yang kedua adalah kelelahan mata dan sakit kepala. Sebenarnya ini merupakan keluhan yang paling banyak dikeluhkan para pemakai komputer, Computer Vision Sindrome (CVS) sendiri merupakan kelelahan mata yang dapat mengakibatkan sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, dan berbagai masalah penglihatan lainnya.
Untuk masalah medan elektromantik (EMF), sebenarnya telah marak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Banyak pihak yang mengkhawatirkan dampak medan magnetic yang terdapat pada berbagai jenis peralatan elektronik, termasuk komputer, terhadap para pemakainya. Mulai dari ketakutan akan gangguan kelahiran yang menyebabkan bayi lahir cacat hingga gangguan yang menyebabkan kanker, pernah menjadi isu seputar dampak medan magnetic. Akan tetapi hingga saat ini belum ada yang tahu pasti mengenai kebenaran dugaan tersebut. Namun begitu, di negara-negara maju seperti Inggris, pemerintahnya telah menganjurkan agar anak-anak di bawah umur mengurangi pemakaian barang-barang yang bermedan elektronik, termasuk komputer bagi anak. Menanggapi kekhawatiran tersebut, Federal Communication Commission (FCC) sebenarnya telah membuat pengukuran khusus yang disebut Specifik Absorption Rate (SAR). SAR sendiri berfungsi untuk menyediakan data tingkat radiasi dari tiap type ponsel yang ada.
Teknologi dan Dampak Kebudayaannya
Tantangan dalam Laju Teknologi
Menghadapi kuatnya kecenderungan menggejalanya teknologi sebagai kekuatan otonom (J. Ellul) sehingga melahirkan teknokrasi dan akhirnya menjelma sebagai teknopoli (N. Postman), manusia masa kini akhirnya berhadapan dengan berbagai tuntutan dan tantangan yang ditimbulkan hasil ciptaannya sendiri, yaitu teknologi. Betapapun canggihnya, setiap teknologi adalah hasil daya cipta manusia.
Sejak bergulirnya era industrialisasi, maka selama dua abad terakhir dari milenium ke-2 ini kita tidak hanya menyaksikan teknologi maju secara konsisten, melainkan juga melaju melalui lompatan dan terobosan (leaps and breakthroughs), teristimewa pada lima puluh tahun terakhir abad ke-20 ini. Kemajuan teknologi begitu pesatnya, sehingga nyaris tiada bidang kehidupan manusia yang bebas dari terpaan dampaknya, cepat atau lambat dan langsung atau tak langsung. Perkembangan industrialisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi itu pula yang mengawali produksi sesuatu secara massal (mass production) dan tidak mungkin tertandingi oleh produktivitas yang diandalkan semata-mata pada kemampuan manusia.
Kalau direntang dalam periode sejak terjadinya revolusi industri hingga akhir abad ini, maka dua ciri menonjol dalam kinerja produksi ialah prosesnya yang digerakkan melalui mechanization and automation. Berbagai kegiatan manusia yang bersifat produktif berangsur-angsur diambil alih oleh kedua daya tersebut, bahkan dengan kemampuan yang berlipat ganda. Sejalan dengan meningkatnya kemampuan produktif itu pula maka makin kuat dukungan untuk produksi yang bersifat massal.
Kalau periode pertama sejak terjadinya Revolusi Industri ditandai oleh diambilalihnya berbagai fungsi manusia yang berupa kemampuan fisik, maka dalam lima puluh tahun terakhir ini fungsi manusia yang berupa kemampuan mental juga mulai diambil alih oleh teknologi. Teknologi komputer menjadi ilustrasi yang tepat untuk menunjukkan betapa teknologi pun berkesanggupan untuk menjadi perpanjangan atau pengganti kemampuan fungsi mental pada manusia. Maka dalam dua dasawarsa terakhir abad ini banyak pakar yang bersibuk diri dengan studi tentang apa yang dewasa ini terkenal dengan istilah artificial intelligence.
Gambaran komprehensif dan kritis tentang artificial intelligence dapat diperoleh dari buku Raymond Kurzweil, The Age of Intelligent Machines, yang menghimpun pendapat sejumlah pakar mengenai perkembangan intelligent machines.
Menjadi Surplus
Begitu eratnya keterjalinan antara manusia dan teknologi sebagai perpanjangan kemampuannya, sehingga yang asalnya merupakan minus dari kemampuannya (ability), bisa dikembangkan menjadi surplus bagi kesanggupannya (capability). Menurut fitrahnya manusia tidak mampu terbang, namun dengan teknologi dia mampu terbang, bahkan tinggal beberapa lama di angkasa luar; pertemuan tatap-muka (face-to-face) secara berhadapan juga dapat dilaksanakan dalam jarak amat jauh melalui tatap-citra (image-to-image).
Banyak lagi yang bisa dicontohkan sebagai ilustrasi untuk menunjukkan betapa teknologi telah memungkinkan terjadinya transformasi mendasar dan berskala luas –bahkan nyaris sulit dibatasi– dalam peri kehidupan manusia dan kemanusiaan. Transformasi tersebut juga telah menimbulkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar-manusia (patterns of human relations), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar-pribadi (interpersonal relations) dan bersifat hubungan intersubjektif.
Seiring dengan kemajuan teknologi, ruang dan waktu sebagai dimensi eksistensial juga berubah secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama oleh faktor kekuatan (power) dan kecepatan (speed); kedua faktor ini makin meningkat pengaruhnya seiring dengan berlanjutnya pemutakhiran dan pencanggihan teknologi. Pengaruh faktor kekuatan dan kecepatan itu terutama mencuat dalam perkembangan teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi.
Dalam kaitan ini, kiranya secara khusus perlu dicermati perkembangan teknologi yang menunjang kesanggupan untuk menyebarkan informasi dengan daya jangkau global. Teknologi ini menerpa kita dengan bahan informasi secara bertubi-tubi serta melintas dengan kecepatan tinggi sekali lewat jaringan global yang diibaratkan sebagai super-highways. Kedua faktor itu pula yang menambah nilai efisiensi, sehingga keterlambatan penguasaannya niscaya juga berarti ketertinggalan dalam laju proses modernisasi.
Melampaui Kemampuan Manusia
Terpaan stimuli berupa bahan informasi yang berlangsung secara segera (instant) dan serentak (simultaneous) itu sangat jauh melampaui kemampuan manusia untuk menyerap dan mengendapkannya, kecuali dengan dukungan teknologi yang sepadan pula. Terwujudnya jaringan internet merupakan ilustrasi yang mengukuhkan betapa besar dampak mondial yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan teknologi yang mendukungnya. Internet telah memberi wujud bagi keterbukaan dalam arti luas; keterbukaan berbagai sumber untuk memperoleh informasi, keterbukaan untuk menyebarkan informasi (tentu bisa juga yang bersifat mis- atau dis-informasi), keterbukaan menjalin komunikasi untuk berbagai kepentingan dari yang paling pribadi dan subjektif hingga yang paling lugas dan objektif.
Dari berbagai kenyataan yang menggejala dewasa ini makin nyatalah keberhasilan teknologi memberi struktur pada dunia manusia sebagai gelanggang akbar, yang diringkas sebagai suatu matriks interaksi. Sebagai konsekuensinya, tampaknya mustahil untuk mencegah kecenderungan akan menggejalanya berbagai pola baru dalam perilaku manusia, khususnya dalam interaksi antarpribadi yang mestinya berciri intersubjektif.
Perikehidupan manusia yang ditandai tempo-hidup (life-space) yang kian meninggi, berjalan seiring dengan dihayatinya ruang-hidup (life-space) yang kian menyempit karena meningkatnya keterjalinan manusia ke dalam berbagai jaringan interaksi. Anehnya, makin derasnya banjir informasi yang menerpa manusia pada analisis akhirnya berakibat terjadinya pemiskinan kemampuannya untuk menyimpan (retention) bahan informasi yang diterimanya dan juga kemampuannya untuk menampilkan kembali (retrieval) kesan-kesan yang tersimpan padanya. Namun, kedua kemampuan tersebut pun dapat digantikan oleh teknologi yang sepadan.
Maka dapat dimengerti kiranya, kalau dewasa ini makin kuat pula kecenderungan untuk memperbandingkan — bahkan menyamakan — fungsi otak manusia dengan komputer. Michael W. Eysenck dalam hubungan ini menyatakan: “Information processing in people resembles that in computers”. Kalau demikian halnya, maka tidak tertutup kemungkinan, bahwa dalam jangka panjangnya proses tersebut sebagian besar (atau sepenuhnya?) bisa diambil alih oleh kemampuan komputer yang makin dipercanggih.
Sebagai kelanjutan dari penerapan teknologi modern timbul pula keharusan untuk memperbarui berbagai tatanan yang ditujukan pada adanya keteraturan dalam kinerja manusia, secara individual maupun kolektif. Dalam kaitan ini makin menonjollah arti penyusunan organisasi dan perancangan sistem. Maka tidaklah mengherankan kalau serempak dengan penerapan teknologi modern, keterlibatan manusia dalam organisasi dan keterikatannya pada sesuatu sistem menjadi imperatif yang sulit disanggah. Bahkan boleh jadi manusia modern tidak punya pilihan lain bagi aktualisasi dirinya, kecuali melalui keterkaitannya ke dalam organisasi dan sistem tertentu yang secara apriori meletakkan berbagai rambu-rambu bagi perilakunya.
Rambu-rambu itu diperlukan antara lain demi terjaminnya disiplin kerja, fungsi birokrasi, kepatuhan hierarki, sinkronisasi, dan koordinasi antarsatuan kerja, kesinambungan arus masukan dan keluaran guna menjamin kelancaran kinerja, efektifnya pengawasan, dan pengendalian mutu, dan sebagainya. Kesemuanya ini menimbulkan tuntutan bagi diterapkannya suatu cara untuk mengelola keseluruhan organisasi dan sistem yang bersangkutan; tuntutan itu dipenuhi dengan diberlakukannya suatu ragam tata laksana kerja yang lazimnya disebut manajemen.
Sebagai unsur dalam organisasi dan sistem yang harus berjalan optimal demi mencapai sasaran tertentu, maka manusia terpaksa harus siap mengalami reduksi diri karena dibatasinya perannya sebagai salah satu unsur belaka dalam sesuatu konfigurasi fungsional. Sebagai unsur fungsional dia bisa saling dipertukarkan (interchangeable) atau bahkan diganti (replaceable).
Dalam era teknologi, pertukaran, maupun pergantian itu semakin mungkin dilakukan melalui substitusi manusia oleh peralatan. Kenyataan ini pun akan merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi, bahkan berpengaruh memperumit masalah kesempatan kerja, karena meningkatnya jumlah pencari kerja yang timbul serentak dengan makin menyempitnya kesempatan kerja sebagai akibat makin terbukanya kemungkinan substitusi manusia oleh peralatan. Perlu ditambahkan bahwa kemajuan teknologi menuntut terisinya kesempatan kerja terutama berdasarkan profesionalisme dan expertise semutakhir mungkin. Tantangan ini tidak mudah dipenuhi, karena penguasaan sesuatu bidang keahlian juga harus berpacu dengan laju teknologi itu sendiri.
Teknokrasi dan Teknopoli pada Teknologi
Implikasi kemajuan teknologi berbeda dengan perkembangan ilmu. Dalam bidang ilmu, sesuatu tesis baru tidak dengan sendirinya berarti gagalnya keabsahan atau berlakunya tesis lama, sekalipun dirumuskan sebagai anti-tesis. Begitu pula, sesuatu teori baru tidak harus berarti usangnya teori terdahulu, meskipun disajikan sebagai kontra-teori. Beberapa tesis atau teori bisa saling bertahan dalam juxtaposisi dan masing-masing penganutnya tetap mempertahankan keabsahannya; bahkan sesuatu tesis atau teori lama bisa dimunculkan kembali
Sedang kemajuan teknologi ditandai oleh susul-menyusulnya proses pemutakhiran dan pengusangan. Setiap kali sesuatu teknologi dimutakhirkan selalu membawa konsekuensi dianggap usangnya pendahulunya. Kendatipun rentang masa hidupnya berbeda-beda, namun setiap teknologi mutakhir akan menjadikan pendahulunya tertinggal dan akhirnya usang.
Memperhatikan pesatnya laju kemajuan teknologi secara kuantitatif dan kualitatif dewasa ini, maka sangat boleh jadi daur pemutakhiran dan pengusangan itu akan terjadi dalam jangka waktu yang semakin singkat. Makin pesat laju kemajuan dalam sesuatu bidang teknologi, makin cepat pula berlansungnya susul-menyusul antara pengusangan dan pemutakhiran. Proses ini dapat digambarkan antara lain melalui kemajuan teknologi komputer dalam beberapa tahun saja belakangan ini. Sebagai konsekuensinya, usaha untuk menguasai teknologi yang terus-menerus mengalami pemutakhiran itu menuntut berkesinambungannya pelatihan dan pelatihan-ulang.
Menyaksikan kemajuan teknologi ini, Jacques Ellul berkesimpulan bahwa teknologi dalam zaman modern ini semakin berkembang sebagai autonomous force. Sebagai daya yang terus-menerus maju-dengan-pemutakhiran, akhirnya teknologi tampil sebagai kekuatan (kratos) yang dominan dalam kehidupan modern dan pascamodern. Teknologi yang asal mulanya diciptakan sebagai perpanjangan bagi kemampuan manusia, lambat-laun berbalik menjadikan manusia sebagai perpanjangannya, apalagi oleh makin bertambahnya ketergantungan manusia pada penyertaan teknologi dalam berbagai bidang kehidupannya.
Dominasi teknologi sebagai kekuatan yang makin berpengaruh dalam mengendalikan peri kehidupan manusia dan kemanusiaan itu oleh sejumlah filsuf akhir abad ini disebut sebagai gejala teknokrasi. Keterbiasaan manusia modern untuk hidup “bergandengan” dengan teknologi nyaris menjadi ketergantungan, sehingga kegagalan teknologi bisa bersifat katastrofal. Perhatikan apa kosenkuensinya, jika di Jakarta ini tiba-tiba putus semua aliran listrik.
Teknokrasi membawa berbagai konsekuensi terhadap kehidupan manusia umumnya, secara individual maupun kolektif. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan makin menggejalanya teknokrasi, makin banyak pula pola dan kecenderungan baru yang muncul sebagai tanggapannya. Berubahnya pola interaksi antar-manusia dimungkinkan oleh intervensi peralatan; pola kerja pun berubah oleh dimungkinkannya substitusi unsur manusia oleh mesin, pembakuan sebagai ciri yang melekat pada peralatan berlanjut dengan tindakan penyeragaman (uniformity) terhadap keanekaragaman (pluriformity) sebagai kenyataan manusiawi.
Dengan pembakuan dan penyeragaman itu terbukalah kesempatan untuk pemassalan berbagai karya manusia dengan dukungan peralatan yang makin meningkat kesanggupan dan kecanggihannya untuk mengganti manusia sebagai potensi kerja.
Kiranya tidak berlebihan untuk menyatakan, teknologi dan teknokrasi niscaya akan membawa perubahan pula dalam gaya hidup manusia dan masyarakat modern. Jika demikian halnya, maka tidak keliru pula untuk menyatakan bahwa dominasi teknologi dan teknokrasi akan berlanjut dengan berseminya budaya baru yang melahirkan berbagai nilai baru pula yang cenderung menjadi acuan perilaku manusia modern dalam berbagai pola interaksi dengan sesamanya.
Dengan lain perkataan: di samping berdampak struktural pada perikehidupan manusia, teknologi dan teknokrasi juga membangkitkan proses kultural dalam masyarakat yang diterpanya. Inilah gejala yang oleh N. Postman disebut technopoly, yang olehnya digambarkan sebagai berikut: Technopoly is a state of culture. It is also a state of mind. It consist in the deification of technology, which means that the culture seeks its authorization in technology, finds its satisfactions in technology, and takes its orders from technology. Maka yang menjadi masalah ialah sejauh mana sesuatu masyarakat siap memasuki zaman yang ditandai oleh supremasi teknologi dan teknokrasi sebagai daya pembangkit budaya baru tanpa merapuhkan ketahanan budayanya sendiri.
Konformisme Perilaku
Lepas dari penilaian sejauh mana budaya baru itu tampil sebagai budaya-sandingan (sub-culture) atau budaya-tandingan (counter-culture) dalam hubungannya dengan budaya asli sesuatu masyarakat, kehadiran budaya baru itu sedikit banyak niscaya akan berpengaruh terhadap konformisme perilaku yang telah membudaya dan cukup mantap dalam masyarakat tertentu. Konformisme perilaku erat kaitannya dengan persepsi nilai kebudayaan dan norma kemasyarakatan sebagai acuan yang cukup menyeragamkan perilaku warga masyarakat yang bersangkutan. Maka kehadiran suatu budaya baru mudah menimbulkan gejala heteronomi yang mungkin menjadi sebab timbulnya kekaburan atau kegoyahan sumber konformisme perilaku termaksud.
Dalam masyarakat dengan teknologi maju cukup banyak contoh yang menunjukkan betapa heteronomi bisa mengakibatkan munculnya berbagai perwujudan perilaku menyimpang — bahkan bersifat ekstrem — yang bisa berakibat pertentangan antar-lapisan dan antar-golongan dalam masyarakat. Beberapa perilaku menyimpang itu bisa berwujud pelarian untuk menghindar dari pengaruh budaya baru, mungkin berupa pencemoohan sambil memperkenalkan sumber nilai lain sebagai alternatif (misalnya mistik, metafisik).
Kalau benar bahwa sejalan dengan dominasi — apalagi glorifikasi — teknologi cenderung muncul budaya baru, maka bidang yang sangat penting pengaruhnya dalam hubungan ini ialah peran teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi. Melalui bidang-bidang ini meningkatlah pertemuan antar-budaya secara kuantitatif dan kualitatif, dan sejalan dengan itu semakin melaju pula berlangsungnya berbagai proses pembudayaan yang berskala mondial. Pertemuan antar-budaya tersebut seharusnya menjadi kesempatan saling-pengayaan wawasan pihak-pihak yang saling bertemu (mutualy insight-enhancing). Namun proses tersebut dalam kenyataannya dewasa ini lebih berlangsung sebagai arus satu arah, yaitu berlangsung sebagai banjir informasi dari pusat informasi global dengan dukungan teknologi canggih yang bebas melampias ke kawasan dengan penguasaan teknologi yang relatif tertinggal.
Pencanangan berlakunya Decade of Cultural Development oleh PBB mulai tahun 1988 untuk memperkukuh ketahanan budaya bangsa-bangsa dalam saling pertemuannya, ternyata tidak banyak artinya guna mencegah terjadinya arus pengaruh sepihak akibat terpaan proses pembudayaan yang berasal dari pusat-pusat global. Maka pada analisis ini akhirnya kita perlu membuat antisipasi tentang kemungkinan terjangkitnya gejala alienasi budaya disertai distorsi nilai-nilainya.
Perlu Dibenahi
Uraian di atas ini mungkin sekali mengesankan sikap negatif terhadap teknologi dan teknokrasi dalam perikehidupan manusia dan masyarakat. Kesan itu perlu segera dibenahi. Tujuan penyajian berbagai konsekuensi dari dominasi teknologi dan menguatnya gejala teknokrasi ialah agar kita tidak gampang terseret oleh sikap glorifikasi terhadap teknologi dan hasrat untuk serta-merta menerapkannya. Maka menyambut kenyataan tersebut kita perlu senantiasa menyadari bahwa betapa pun majunya teknologi, sebagai hasil karya manusia adalah perpanjangan bagi kemampuannya, dan bukan sebaliknya menjadikan manusia sebagai perpanjangannya. Betapa pun lompatan dan terobosan menandai kemajuan teknologi, manfaatnya harus diukur dari sejauh mana martabat dan kesejahteraan manusia terangkat olehnya, dan bukan sebaliknya berakibat pudarnya nilai-nilai manusiawi.
Itu sebabnya sejumlah filsuf menjelang peralihan abad ini memperingatkan, agar kemajuan teknologi tidak berakibat dehumanisasi dan despiritualisasi dalam perikehidupan manusia. Sebab betapa pun, manusia adalah pusat orientasi bagi dirinya; maka nilai kemanusiaan harus senantiasa diunggulkan di atas teknologi yang notabene merupakan hasil ciptaannya sendiri.
Dalam kegandrungan untuk menguasai dan menerapkan teknologi modern, sebaiknya kita juga menyisihkan waktu untuk mengamati munculnya berbagai gejala budaya baru dalam masyarakat yang telah menerapkan teknologi mutakhir dalam perikehidupannya. Dalam hubungan ini mestinya kita lebih dari sekadar melakukan studi dampak belaka; kita pun perlu mencurahkan perhatian pada studi perbandingan yang hasilnya bisa menjadi pedoman untuk kepentingan antisipasi terhadap berbagai risiko dan kontroversi yang boleh jadi akan menyertai penerapan sesuatu teknologi, sebagaimana misalnya terjadi dalam pengembangan dan penerapan teknologi nuklir dewasa ini, atau teknologi yang dikembangkan untuk memungkinkan dilahirkannya manusia unggul lewat eugenika; dan akhir-akhir ini juga melalui cloning demi membangun a brave new worl
Sabtu, 16 Oktober 2010
Kamis, 14 Oktober 2010
just berbagi rASA
liad film 500 day of summer' keren banget awalx biasa2'ae tp sepanjang jalan cerita'e penuh kata2 bijak yang ciamik banget buat orang yang belum ngerti arti hidup+bintangx mirip miss pandaan yang sexy bgt "katy parry"
so au saranin Liad tu film '%500 DAY of SUMMER%
so au saranin Liad tu film '%500 DAY of SUMMER%
Selasa, 12 Oktober 2010
Profil P.M team accedemic
Erpin krisbianto
Bunyu, 25 12 1990
hobi mainin ce alias playboy sejati
http://www.facebook.com/home.php?#!/imozzsynkbebeksangt?v=info
Bunyu, 25 12 1990
hobi mainin ce alias playboy sejati
http://www.facebook.com/home.php?#!/imozzsynkbebeksangt?v=info